Hingga saat ini masih ada warga Papua yang terprovokasi dan bersebrangan dengan NKRI. Bahkan kelompok yang diyakini pergerakannya ditunggangi dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu, menginginkan untuk terpisah dari bagian NKRI.
Diakui mantan aktivis OPM, Nicholas Messet, pada dasarnya mereka itu (OPM) hanya teropsesi dengan iming-iming dari pihak luar. Padahal, dari pengalaman yang telah membuatnya melanglang buana 30-an tahun dengan aktifitas yang jelas-jelas melanggar hukum itu, sama sekali dan sampai kapan pun tidak akan terwujud. “Papua adalah bagian dari NKRI dan tidak dapat dipisahkan,”ungkapnya.
Mengetahui semua yang dijanjikan itu sebuah khayalan, Messet tersadar dan dengan penuh kesadaran itu, dirinya pun memilih kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Messet mengaku bangga dengan Indonesia sebagai tanah airnya. Dan kini berharap, mereka yang masih bersebrangan dengan NKRI itu, untuk segera kembali ke ibu pertiwi untuk membangun negeri.
“Saya sadar semua ini sia-sia dan telah ditipu. Sekarang jangan lagi kita tipu generasi lagi. Nantinya hanya sebagai korban dan sama sekali mereka tidak tau yang sebenarnya.”
Kalaupun hingga saat ini masih ada kelompok separatis yang bergerilya, itu lebih dikarenakan mereka hanya dimanfaatkan saja oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab.
“Mereka itu hanya mimpi untuk menjadi orang penting dan besar. Itu tidak akan terwujud tanpa adanya kerja keras. Jangan mereka terus terbuai dengan iming-iming dari pihak yang tidak bertanggung jawab yang justru hanya memanfaatkan warga kita di papua, karna itu hanya untuk kepentingan mereka orang-orang tertentu saja,”ungkapnya.
Pada dasarnya Papua yang menjadi bagian dari NKRI telah merdeka dan lepas dari penjajahan. Dan untuk Papua sendiri, kata Messet, hingga kini belum terlepas dari kemiskinan, kebodohan dan perilaku mabuk. “Yang terpenting mereka harus kerja untuk kelanjutan pembangunan di Indonesia.”
Melihat kondisi yang demikian Nicolas Messet tidak tinggal diam, melainkan untuk mengajak kelompok separatis kembali ke pangkuan ibu pertiwi sekalipun tidak mudah, namun tetap terus dilakukan.
Salah satunya lewat buku terbitan Pusat Studi Nusantara diluncurkan di Merauke. Dimana buku setebal 110 halaman dan berjudul Integrasi Telah Selesai itu, memuat dengan jelas sejumlah tulisan tokoh-tokoh penting hingga pelaku sejarah hasil wawancara langsung.
Bertempat di Hotel Itese, dilakukan bedah buku Integrasi Telah Selesai yang dihadiri ratusan orang. Termasuk didalamnya dari LMA Malind Anim, Cendekia Perempuan Malind dan Ketua KNPI Merauke.
Dan menurut Editor, Agus E Santoso, buku tersebut diluncurkan sebagai komentar kritis atas Papua Road Map yang banyak menjadi sorotan.//Musamus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar