#LinkList2 h2 { display:none; } #LinkList2 ul { list-style: none; } #LinkList2 li { float: left; } #LinkList2 a:link, #LinkList2 a:visited { padding: 5px; display: block; color:#fff; font-size:11px; font-family: "Times New Roman", Serif; } #LinkList2 a:hover { padding: 5px; display: block; color:#ff0000; font-size:11px; font-family: "Times New Roman", Serif; }

Selasa, 20 April 2010

Seorang Pedagang Pasar Mopah- Merauke Menangis

MUSAMUS----Suasana pertemuan bersama puluhan para pedagang Pasar Mopah di Operational Room, Jumat (16/4) yang dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Merauke, drg. Josef Rinta, M.Kes awalnya berjalan aman dan lancar. Namun tiba-tiba seorang ibu yang diberikan kesempatan berbicara menangis dan mengundang ibu-ibu lain ikut menetsekan air mata.

Tetesan air mata sang ibu itu lantara merasa belum diperhatikan secara baik terutama tempat berjualan setelah terjadi kebakaran beberapa waktu lalu.

“Kami hanya diberikan enam balok dan satu terpal untuk membangun di lokasi sementara yang telah disiapkan. Bantuan pemerintah itu tidak memungkinkan untuk bisa menampung barang-barang dagangan yang telah didatangkan. Meski dengan tenda darurat seadanya, terpaksa kami berjualan meski harus menahan panasnya terik matahari pada siang hari. Begitu juga pada malam hari, kalau mau tidur disitu, takut nantinya akan diapa-apakan. Jadi serba ketakutan,” kata ibu itu sambil meneteskan air mata.

Menurutnya, pasca terbakarnya Pasar Mopah, mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya memanfaatkan tempat sementara yang disiapkan oleh Pemkab Merauke membentangkan terpal sambil berjualan barang seadanya. “Memang ukuran terpal tidak terlalu besar, tetapi mau tidak mau kita buka saja agar bisa berjualan sambil menunggu perbaikan pasar yang terbakar. Ya, kita juga harus menjaga barang-barang dengan baik guna mengantisipasi jangan sampai ada yang mencuri,” ungkap ibu itu.

Sementara Sekda Merauke, drg Josef Rinta, M.Kes mengungkapkan, selama ini Posko yang dibentuk Pemkab setempat masih berjalan dan para pedagang bisa menyampaikan berbagai keluhan yang dihadapi selama ini. “Kita juga tidak menutup mata dengan kondisi yang sedang dialami oleh para pedagang sekarang. Pemerintah telah berusaha menempatkan para pedagang di tempat sementara untuk berjualan sambil menunggu dilakukan perbaikan terhadap pasar yang terbakar beberapa waktu lalu,” kata Rinta.

Rinta juga menegaskan, hampir setiap hari dirinya selalu melakukan monitoring di lokasi pasar sementara yang telah disiapkan untuk menampung para pedagang agar bisa beraktivitas melakukan penjualan sebagaimana biasa. “Kita tidak duduk di belakang meja dan hanya main perintah saja, tetapi turun ke lokasi dan melihat kondisi yang sebenarnya. Oleh karena itu, para pedagang jangan menilai bahwa pemerintah tidak bekerja,” tegasnya.

Kepada para pedagang, lanjut Rinta, harus bangkit dan mencoba memulai dengan merintis usaha yang ada. Jika ada persoalan yang terjadi, dibicarakan dan didiskusikan secara bersama-sama untuk mencari jalan keluar penyelesaian. “Saya memahami kondisi yang sedang dialami para pedagang sekarang, tetapi harus disikapi secara arif dan bijaksana jika ada sesuatu problem yang dihadapi. Jangan kita diam-diam dan mengomel di belakang. Ada yang tidak beres disampaikan sehingga dibicarakan lagi,” ungkap dia.

Dia menambahkan, pihaknya telah mengingatkan kepada aparat agar tidak melakukan penertiban dengan kekerasan, tetapi menggunakan pendekatan secara baik terutama mengarahkan para pedagang berjualan di tempat yang telah ditentukan. Langkah tersebut dilakukan agar aktivitas di sekitar pasar bisa berjalan normal sebagaimana biasa dan tidak menimbulkan kemacetan. (frengky)

Tidak ada komentar: