#LinkList2 h2 { display:none; } #LinkList2 ul { list-style: none; } #LinkList2 li { float: left; } #LinkList2 a:link, #LinkList2 a:visited { padding: 5px; display: block; color:#fff; font-size:11px; font-family: "Times New Roman", Serif; } #LinkList2 a:hover { padding: 5px; display: block; color:#ff0000; font-size:11px; font-family: "Times New Roman", Serif; }

Selasa, 20 April 2010

Terkait Maraknya Penggalian Pasir di Merauke Setiap SKPD Dinilai Kurang tanggap

MUSAMUS--Maraknya aksi penggalian pasir yang dilakukan masyarakat lokal di Pantai Lampu satu dan beberapa tempat lainnya selama ini, tidak boleh dilarang secara berlebihan karena sudah merupakan nafkah pencaharian hidup sehari-hari untuk bisa menghidupi keluarganya.

Selama ini juga satuan perangkat kerja daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab Merauke terkesan tutup mata dan kurang memberikan perhatian secara baik terhadap masyarakat.

Kritikan pedas itu disampaikan Sekretaris Kantor Pariwisata dan Kebudaayaan Kabupaten Merauke, Drs. Daud Hollenger dalam temu acara bersama para pemilik bar-tempat hiburan malam di Bar Nikita, Senin (12/4). “Kita tidak bisa memungkiri jika beberapa lokasi di Pantai Lampu Satu sudah bopeng akibat aksi penggalian pasir dan juga balap-balapan liar yang dilakukan. Namun, kita tidak bisa mempersalahkan masyarakat disana dan melarang mereka menghentikan aktivitas penggalian pasir,” ungkap Hollenger.

Masyarakat setempat bisa menghentikan aktivitas penggalian pasir dan beralih ke profesi lain, lanjut Hollenger, jika ada perhatian khusus yang diberikan. Artinya, setiap SKPD yang memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap mereka, memberdayakan dengan memberikan dan atau menyiapkan pekerjaan jenis apa saja. Jika hal tersebut dilakukan, otomatis mereka akan menggeluti pekerjaan yang telah diberikan itu.

Hollenger juga menegaskan, aksi balap-balapan liar yang dilakukan selama ini di Pantai lampu satu, ikut merusak alam sekitar sehingga terkesan bopeng dan kurang terawatt secara baik. Padahal, jika dicermati secara baik-baik, pada hari libur atau Minggu, puluhan bahkan sampai ratusan orang ke pantai untuk menikmati alam sekitar.

“Ya, ini juga menjadi suatu cacatan bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Merauke agar mencari jalan keluar terbaik dengan menata kembali daerah tersebut sehingga bisa menjadi suatu tempat pariwisata,” ungkapnya.

Dengan penataan daerah Pantai lampu Satu secara baik, kata Hollenger, secara tidak langsung akan memberikan kontribusi dalam memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Olehnya, kita juga sangat mengharapkan adanya kontribusi pemikiran yang baik dari setiap SKPD agar lokasi Lampu Satu bisa ‘disulap’ secara baik untuk dijadikan tempat pariwisata. Karena banyak orang yang sering berkunjung kesana selama ini,” pinta dia. (frans)

Tidak ada komentar: